Oleh Roma Kyo Kae Saniro
Dosen Universitas Andalas
JurnalPost.com – Beberapa waktu lalu, terjadi kasus keracunan makanan yang dialami puluhan siswa SDN 3 Jati di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, tampaknya semakin serius. Gejala keracunan muncul setelah para siswa mengonsumsi jajanan cilok mini (cimin) yang ternyata memiliki variasi dengan dan tanpa bubuk tabur pedas. Beberapa siswa mengalami gejala seperti pusing, mual, demam, dan diare setelah mengonsumsi makanan tersebut.
Kasus keracunan ini semakin serius dengan kabar bahwa satu siswa telah meninggal dunia, dan banyak siswa lainnya masih dalam perawatan medis. Dari jumlah total 34 siswa yang mengalami keracunan massal tersebut, sejumlah di antaranya masih menjalani perawatan rawat inap, dan beberapa lainnya mendapat perawatan rawat jalan di berbagai fasilitas kesehatan, termasuk RS Kartini, RSCK 1, RS Dustira, dan Klinik Assyyidha.
Bahkan, lebih jauh, Sepertinya satu siswa yang meninggal dunia akibat keracunan jajanan cimin memiliki penyakit penyerta atau komorbiditas yang disebut thalasemia. Thalasemia adalah kelompok gangguan darah yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan hemoglobin dengan baik. Riwayat kontrol rutin di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSHS) mungkin menunjukkan bahwa siswa tersebut telah menerima perawatan medis untuk kondisinya sebelumnya. Keracunan makanan bisa menjadi lebih berbahaya bagi individu dengan kondisi kesehatan yang sudah lemah, seperti dalam kasus ini.
Bercermin pada kasus tersebut, pertanyaan yang muncul adalah apakah benar bahwa cimin mampu meracuni pengonsumsiannya? Sebelumnya, mari kita berkenalan dengan makanan ringan satu ini. Cimin merupakan camilan khas dari Bandung, Jawa Barat, yang terbuat dari olahan tepung sagu dan tepung terigu yang dicampur bersama bumbu-bumbu dan kemudian digoreng. Camilan ini merupakan salah satu camilan tradisional yang populer di daerah tersebut dan dapat dinikmati saat bersantai atau berkumpul dengan teman dan keluarga.
Cimin atau camilan jenis apapun pada dasarnya tidak berbahaya jika dipersiapkan, diolah, dan disajikan dengan benar serta dalam kondisi kebersihan yang baik. Namun, seperti makanan atau camilan lainnya, ada potensi risiko jika tidak memenuhi standar kebersihan dan keselamatan makanan yang tepat.
Penting untuk memastikan bahwa dalam proses pembuatan dan penjualan camilan seperti cimin, kebersihan dan penggunaan bahan-bahan yang aman sangat diperhatikan untuk mencegah potensi keracunan makanan atau masalah kesehatan lainnya. Sebelum mengonsumsi camilan tradisional seperti ini, pastikan bahwa sumbernya terpercaya dan proses pembuatannya dilakukan dengan kebersihan yang baik. Beberapa faktor yang bisa membuat cimin atau camilan lain menjadi berpotensi berbahaya meliputi kebersihan pengolahan yang kurang, penggunaan bahan-bahan yang tidak aman, penggorengan yang tidak tepat, penambahan bumbu-bumbu yang tidak aman, dan penyimpanan yang buruk setelah diolah.
Untuk menghindari risiko, baik sebagai penjual maupun konsumen, penting untuk menjaga kebersihan yang baik dalam proses pembuatan camilan. Pejual gunakan bahan-bahan yang segar dan aman, serta pastikan proses pengolahan dan penyimpanan camilan dilakukan dengan benar. Dalam hal ini, kesadaran akan kebersihan dan keselamatan makanan sangat penting untuk menjaga kualitas dan keamanan camilan yang kita konsumsi.
Hal ini menjadi sebuah hal penting yang dapat penting untuk diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Begitu pula sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan telah diambil dan dikirim ke Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hasil pemeriksaan tersebut diharapkan akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab keracunan.
Beberapa langkah kunci harus diikuti dengan cermat untuk memastikan keamanan. Pertama, kebersihan pengolahan harus menjadi prioritas utama. Proses pengolahan harus dilakukan dalam kondisi kebersihan yang baik, termasuk menjaga kebersihan tangan, peralatan, dan area pengolahan untuk mencegah kontaminasi. Selain itu, periksa komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cimin dengan teliti. Pastikan bahwa semua bahan seperti terigu dan bahan-bahan lainnya dalam kondisi baik dan tidak tercemar.
Selain itu, cara penyimpanan juga sangat penting. Makanan harus disimpan dalam kondisi yang tepat, terutama dalam hal suhu, untuk mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya. Selain itu, pihak berwenang setempat harus melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengidentifikasi penyebab pasti keracunan massal ini. Pengujian laboratorium mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kontaminan atau penyebab keracunan.
Dengan mematuhi langkah-langkah ini, kita dapat meminimalkan risiko terjadinya keracunan makanan dan memastikan keamanan makanan yang kita konsumsi. Ketika terjadi kasus keracunan makanan, penting untuk segera mencari perawatan medis jika ada tanda-tanda keracunan seperti mual, muntah, diare, dan gejala lainnya. Selain itu, penting juga untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih ketat dalam pengolahan dan penjualan makanan untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan.
Meskipun ini adalah indikasi awal, penting untuk menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dan penyelidikan lebih lanjut untuk mengkonfirmasi penyebab pasti keracunan dan untuk memastikan langkah-langkah pencegahan yang tepat dapat diambil untuk mencegah insiden serupa di masa depan. Selain itu, hal ini juga menekankan pentingnya memastikan keamanan dan kebersihan bahan-bahan dan bumbu yang digunakan dalam proses pengolahan makan.
Kasus ini merupakan situasi yang sangat serius dan menyedihkan. Pihak berwenang, tim medis, dan keluarga korban harus bekerja sama untuk memberikan perawatan terbaik bagi siswa yang masih dalam perawatan medis dan untuk menyelidiki penyebab pasti keracunan ini agar dapat mencegah insiden serupa di masa depan. Semoga keluarga korban mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan dalam menghadapi situasi yang sulit ini.
Quoted From Many Source