Muhamad Andra Maulana
1STIE Pembangunan, Tanjungpinang, Indonesia Email : 1muhamadandramaulana10@gmail.com
Pada era globalisasi ini, perusahaan harus mampu bersaing, perubahan dan perkembangan zaman serbadigitalisasi ini kian hari semakin memberikan tantangan tersediri bagi berbagai perusahaan tan terkecuali dalam hal perbaikan serta peningkatan etos kerja yang nantinya sebuah perusahaan tersebut mampu mengimbangi arus pasar global. Sejauh ini banyak perusahaan yang menjadikan tolak ukur kinerja perusahaan hanya berfokus pada materiil perusahaan saja. Perusahaan banyak menilai kinerja perusahaannya berdasarkan income atau profit yang didapat di dalam perusahaan. Prinsip tersebut merupakan salah satu model orientasi yang hanya berlangsung dalam jangka waktu yang singkat saja, prinsip tersebut tidak mampu memberikan orientasi yang lebih baik dalam jangka waktu yang berkelanjutan bagi perushaan. Apabila perusahaan masih memiliki prinsip atas dasar keuangan saja, maka perusahaan tidak dapat memberikan andil lebih dalam menilai faktor-faktor lainnya, misalnya dalam hal aset tidak tampak (intangible asset) maupun berbagai faktor pendukung lainnya seperti sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan.
Dalam rangka menciptakan kondisi perusahaan yang sesuai dengan visi misi perusahaan serta menjamin adanya keberlangsungan perusahaan yang berkelanjutan maka diperlukan banyak inovasi-inovasi baru bagi perusahaan yang sekiranya mampu mendobrak pasar. Inovasi tersebut diharapkan semakin memudahkan pekerja yang mana manusia tersebut dijadikan sumber daya manusia perusahaan yang mampu menopang keberlangsungan perusahaan. Salah satu terobosan yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu melalui sistem pengaplikasian yang familiar disebut dengan Balanced Scorecard. Melalui sistem pengaplikasian Balanced Scorecard, perusahaan lebih memiliki orientasi perusahaan dalam waktu yang lebih lama lagi.
Menurut  Supriyono dalam (Devani, 2016), menyatakan bahwa balanced scorecard adalah salah satu alat pengukuran kinerja yang menekankan pada keseimbangan antara ukuran-ukuran strategis yang berlainan satu sama lain dalam usaha untuk mencapai keselarasan tujuan sehingga mendorong karyawan bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan.
Menurut Kaplan dalam (Devani, 2016), Beberapa manfaat dari konsep pengukuran kinerja balanced scorecard yaitu: (1) mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus untuk strategi, (2) mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan, (3) menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan, (4) mengkaitkan berbagai tujuan stategis dengan sasaran jangka panjang dan anggaran tahunan, (5) mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis, (6) melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis, dan (7) mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki strategi.
Beberapa kelemahan Balanced Scorecard menurut Anthony dan Govindarajan dalam ( Vera, 2016 ) : 1. Korelasi yang buruk antara ukuran non keuangan dengan hasilnya. Tidak adanya jaminan bahwa profitabilitas masa depan akan mengikuti pencapaian target dibidang non keuangan manapun. Hal ini menjadi masalah karena adanya asumsi yang melekat bahwa profitabilitas masa depan mengikuti pencapaian individual. 2. Terpaku pada hasil keuangan. Sering kali para manejer terbiasa dan terlatih dengan ukuran keuangan, tetapi mereka juga sering mendapatkan tekanan-tekanan dari pemegang saham berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan mereka. Program insentif dapat menciptakan suatu tekanan tambahan bagi para manajer senior karena adanya pemberian kompensasi yang diberikan dengan berdasarkan kinerja keuangan.
Perspektif pada Balanced scorecard mengukur empat perspektif yang berbeda tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai sasaran strategi yang sudah direncanakan oleh perusahaan. Keempat perspektif tersebut saling berkaitan yang nantinya akan berusaha meningkatkan kinerja perusahaan, yaitu:
- Perspektif keuangan (financial perspective).
Dalam balanced scorecard, perspektif keuangan tetap menjadi perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Pengukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar.
- Perspektif pelanggan (customer perspective).
Dalam perspektif pelanggan, balanced scorecard melihat aspek pelanggan memainkan peranan penting dalam kehidupan perusahaan. Sebuah perusahaan yang tumbuh dan tegar dalam persaingan tidak akan mungkin survive apabila tidak didukung oleh pelanggan. Loyalitas tolok ukur pelanggan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pemetaan terhadap segmen pasar yang akan menjadi target atau sasaran. Apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan para pelanggan menjadi hal yang penting dalam perspektif ini.
- Perspektif proses internal bisnis (internalbusiness process perspective).
Perspektif proses internal bisnis lebih menekankan pada penciptaan produk baru yang lebih berkualitas sampai produk tersebut siap diedarkan kepada pelanggan. Tentunya proses internal bisnis tidak lepas dari perspektif keuangan dan perspektif pelanggan. Untuk mengoperasikan perspektif proses internal bisnis ini perusahaan harus lebih dahulu melihat keuangan perusahaan dan kemauan pelanggan. Jadi seakan-akan ketiga perspektif ini membentuk rantai yang saling berhubungan.
- Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).
Dalam perspektif ini perusahaan berusaha mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan suatu perusahaan. Tujuan dari perspektif ini adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan yang berkaitan dengan ketiga perspektif lainnya dapat terwujud, sehingga pada akhirnya akan dapat tercapai tujuan perusahaan. Tujuan perspektif ini merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam perspektif keuangan, pelanggan (customer), dan proses internal bisnis.
Quoted From Many Source