Tinjauan Pemanfaatan Data Sensus Harian Rawat Inap

Bisnis277 Dilihat

DOWNLOAD FILE

Febrina Sirait1 , iman anugrah selamat hura2
Manajemen informasi Kesehatan ,stikes santa Elisabeth medan , medan , Indonesia
Email penulis : febrinasirait1@gmail.com2, imanhura22@gmail.com2

ABSTRAK

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.(Dzulhidayat, 2022). Mentri kesehatan republik indonesia nomor 24 tahun 2022 Rekam Medis adalah dokumen yang berisikan data identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Sensus harian rawat inap adalah aktivitas yang rutin dilaksanakan di rumah sakit yang menghitung jumlah pasien yang dilayani di unit rawat inap. Sensus harian rawat inap dilaksanakan mulai pukul 00.00 hingga 24.00 oleh petugas yang terdapat di bangsal perawatan. Petugas bangsal tersebut melakukan perhitungan jumlah pasien yang masuk, pasien keluar, pasien pindahan atau dipindahkan, pasien meninggal dan hari perawatan pasien. Data tersebut setiap bulannya akan direkap dan dijadikan statistik pelayanan rumah sakit yang akan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang. (Garmelia et al., 2018). Metode dalam penelitian ini adalah studi Pustaka, dimana penelitian ini dilakukan dengan Teknik sekumpulan data untuk menelaah buku. pencarian literatur catatan dan laporan yang berhubungan dengan penelitian dengan hasil yang didapat masih ditemukan pelaksanaan sensus harian rawat inap yang masih mengalami keterlambatan dikarenakan SDM yang belum  memadai, tidak adanya sosialisasi  terhadap sesama  petugas, SOP yang mengatur mengenai sensus harian belum  terlaksanakan dengan baik. Inilah yang membuat sebagian besar proses sensus harian  rawat inap belum terlaksanakan  dengan  baik.

Kata kunci : Tinjauan Pemanfataan Data Sensus Harian Rawat Inap

PENDAHULUAN
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.(Dzulhidayat, 2022)

Mentri kesehatan republik indonesia nomor 24 tahun 2022 Rekam Medis adalah dokumen yang berisikan data identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. (Dzulhidayat, 2022)

Statistik rumah sakit merupakan tindak lanjut kegiatan pelaporan dari masing-masing kegiatan pelayanan yang telah diberikan oleh sebab itu, statistik rumah sakit digunakan sebagai tolak ukur kualiatas pelayanan yang diberikan rumah sakit dan dasar untuk pengambilan keputusan. Dari rekam medis yang lengkap pengolahan statistik asuhan kesehatan dapat dilakukan. Hasil dari pengolahan data yang terdiri dari sensus harian, hari layanan, BOR, BTR, LOS dan TI yang didapat, maka hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik Barber Johnson. Grafik ini dapat mengukur tingkat efisiensi pengolahan statistik rumah sakit pada setiap periode. (Kurniawan et al., 2016)

Sensus harian rawat inap adalah aktivitas yang rutin dilaksanakan di rumah sakit yang menghitung jumlah pasien yang dilayani di unit rawat inap. Sensus harian rawat inap dilaksanakan mulai pukul 00.00 hingga 24.00 oleh petugas yang terdapat di bangsal perawatan. Petugas bangsal tersebut melakukan perhitungan jumlah pasien yang masuk, pasien keluar, pasien pindahan atau dipindahkan, pasien meninggal dan hari perawatan pasien. Data tersebut setiap bulannya akan direkap dan dijadikan statistik pelayanan rumah sakit yang akan dilaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang. (Garmelia et al., 2018)

Pemanfaatan data pelaporan ini berhubungan dengan mekanisme alur prosedur pelayanan untuk kepentingan internal dan eksternal rumah sakit terutama untuk mengetahui indikator-indikator pelayanan.Pemanfaatan data pelaporan untuk kepentingan internal rumah sakit dimanfaatkan bagi kepentingan pihak pelayanan kesehatan untuk mengetahui standart mutu pelayanan yang sudah dilaksanakan. Sedangkan untuk kepentingan eksternal rumah sakit dimanfaatkan bagi pihak pendidikan/penelitian, dan pihak Dinas Kesehatan. Oleh karena itu, perlu adanya prosedur tetap dalam pemanfaatan data dan mekanisme unit rekam medis dengan tujuan mengantisipasi terjadinya kesulitan dalam pengambilan informasi dan memutuskan suatu pelayanan medis maupun penggunaan data pelaporan oleh pihak-pihak yang membutuhkan untuk pelaporan statistik, hukum, pendidikan, badan akreditasi.(Kurniawan et al., 2016)

METODE
metode dalam penelitian ini adalah studi Pustaka, dimana penelitian ini dilakukan dengan Teknik sekumpulan data untuk menelaah buku , pencarian literatur catatan dan laporan yang berhubungan dengan penelitian. Proses studi Pustaka ini juga di pakai untuk mengumpulkan data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti melakukan studi literatur dan jurnal-jurnal yang terkait dengan penelitian yang akan diuraikan berdasarkan sumber referensi yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini berasal dari jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian ini tentang Tinjauan Pelaksanaan Sensus Harian Rawat Inap

Dari beberapa literatur yang ditelaah .(Trismianto Asmo Sutrisno & Fauziah Nur Arfiah, 2021) terdapat kesamaan mendasar terhadap pelaksanaan sensus harian rawat inap, dimana Kesamaan dilihat dari pelaksanaan sensus harian rawat inap yang masih mengalami keterlambatan dikarenakan jumlah SDM yang belum memadai, petugas kurang bertanggung jawab terhadap pengisian data sensus harian rawat inap, serta pelaksanaan sensus harian rawat inap belum sesuai dengan SOP yang ada sehingga berdampak ke pelaporan rumah sakit.

Dari jurnal Elise dkk (2015) ditemukan beberapa ketidaksamaan antara satu sama lain yang mana jurnal Elise dkk menggunakan dua SOP yaitu manual dan SIMRS sehingga menghasilkan data yang berbeda sedangkan jurnal Igustin dkk (2013), Firman dkk (2017) hanya menggunakan SOP manual. Dan terdapat juga perbedaan cara pembuatan sensus harian rawat inap belum sesuai dengan Depkes RI 2005 yang isinya sensus harian dibuat rangkap tiga.

Dari analisis dan telaah jurnal firman dkk (2017), Elise dkk (2015), Igustin dkk (2013). terlihat pelaksanaan sensus harian rawat inap masih belum sesuai dengan standar yang ditetapkan, hal ini terjadi karena SDM yang belum memadai, sarana prasarana yang tidak lengkap, SOP mengenai pelaksanaan sensus harian rawat inap tidak terlaksana bahkan ada beberapa rumah sakit tidak menggunakan SOP, proses monitoring evaluasi yang belum terjadwal dengan baik.

ditemukan bahwa pelaksanaan sensus harian rawat inap terkendala disebabkan oleh kurangnya sarana prasarana pada pelaksanaan sensus harian rawat inap yaitu pelaksanaan dilakukan secara manual, tidak ada komputer, sehingga petugas harus mencatat manual kembali sensus harian ke lembaran sensus. Terlebih SOP belum terlaksana sepenuhnya sehingga mengakibatkan petugas tidak mengetahui berapa lama proses pengembalian sensus harian ke unit rekam medis. Sedangkan menurut penelitian lain faktor yang menghambat Pelaksanaan Sensus Harian Rawat Inap adalah SDM yang belum memadai, kurangnya petugas sensus harian rawat inap, namun beberapa upaya telah dilaksanakan oleh pihak rumah sakit yaitu dengan cara melibatkan beberapa petugas lain dalam proses pengantaran sensus harian ke unit rekam medis.

Baca Juga  Keindahan Alam Dalam Kain Batik Eco Print

Kesimpulan
Pelaksanaan sensus harian rawat inap mengalami keterlambatan dikarenakan SDM yang belum  memadai, tidak adanya sosialisasi  terhadap sesama  petugas  , SOP yang mengatur mengenai sensus harian belum  terlaksanakan dengan baik. Inilah yang membuat sebagian besar proses sensus harian  rawat inap belum terlaksanakan  dengan  baik .

(Yulia et al., 2021) Proses Pengolahan Sensus Harian Rawat Inap untuk Pelaporan.  Data yang terkumpul baik dari unit kerja lain (poliklinik ataupun bangsal) atau yang direkapitulasi oleh petugas MIK, selanjutnya diolah menjadi data yang terekap dan terangkum untuk diproses pada tahap lebih lanjut agar menghasilkan suatu informasi yang berguna bagi para pengambil keputusan (Sudra, 2017). Pada penelitian (Kurniawan et al., 2010; Yusuf et al., 2013; Dewi et al., 2014; Numberi, 2020; Garmelia et al., 2018) didapatkan persamaan dan perbedaan proses pengolahan SHRI untuk pelaporan dimana secara keseluruhan proses pengolahan SHRI melalui beberapa tahapan.

Pengolahan SHRI berdasarkan (Kurniawan et al., 2010) dan (Numberi, 2020) yaitu hasil kegiatan data Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) dari ruang keperawatan diterima petugas analising reporting untuk dilakukan perekapan setelah itu dilakukan pengolahan data sesuai kebutuhan pembuatan indikator pelayanan rawat inap. Sama halnya dengan (Dewi et al., 2014) yang menjelaskan bahwa pengolahan SHRI meliputi beberapa kegiatan seperti pencatatan sensus harian yang dilakukan pada masing-masing ruang perawatan dicatat dalam formulir sensus harian rawat inap, memilah sensus harian rawat inap menurut ruang perawatan kemudian digabung menjadi satu di kantor perawatan. Selanjutnya akan diambil oleh petugas rekam medis untuk diolah sebagai bahan pembuatan laporan indikator rawat inap.

Didukung dengan (Yusuf et al., 2013) yang menjelaskan bahwa sensus harian diisi lengkap oleh masing-masing petugas ruangan bangsal, disetorkan ke satuan rekam medis pengolahan data setiap pagi dan di tandatangani oleh kepala ruang, dilakukan cheking mengenai pasien yang keluar dan yang masuk, dilakukan proses rekapitulasi harian rawat inap dan disusun perbulan. Rekapitulasi bulanan dikumpulkan untuk bahan pelaporan kegiatan rumah sakit, dilakukan pengarsipan lembarlembar sensus harian rawat inap di satuan rekam medis. Hal ini telah sesuai dengan (Fitriya et al., 2018) yang menjelaskan bahwa pengolahan SHRI dilakukan dengan merekap data SHRI yang diterima untuk mengetahui data yang dibutuhkan dalam menghitung indikator pelayanan rumah sakit. Laporan diolah oleh bagian pengolah data sehingga laporan tersebut sesuai dengan kebutuhan untuk mengisi Rekapitulasi Laporan (RL) dan laporan rumah sakit. Adapun Rekapitulasi Laporan (RL) yang bersumber dari Sensus Harian Rawat Inap di antaranya: a. RL 1.2 (Indikator Pelayanan Rumah Sakit) b. RL 3 (Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit) c. RL 5.1 (Pengunjung Rumah Sakit) d. RL 5.2 (Kunjungan Rawat Jalan)

Waktu Pelaksanaan Sensus Harian Rawat Inap Periode sensus harian rawat inap adalah pukul 00.00 sampai dengan 24.00 (DepKes, 2005). Hal ini memiliki persamaan dengan (Yusuf et al., 2013) yang menyatakan bahwa sensus harian rawat inap di buat satu lembar saat malam hari oleh perawat yang jaga malam. Batasan pasien masuk mulai pukul 00.01 hingga pukul 24.00, setelah lewat jam 24.00 WIB maka dihitung hari berikutnya.

Didukung dengan (Yunita, et.al., 2012) dan (Lestari et al., 2020) yang menjelaskan bahwa pelaksanan pengisian sensus harian rawat inap dilakukan pukul 00.00 sampai dengan 24.00. Kegiatan SHRI ini dengan merekap data pasien masuk, keluar, pindah atau dipindahkan serta pasien meninggal dalam waktu 00.00 sampai dengan 24.00. Meskipun begitu berbeda dengan (Garmelia et al., 2018) yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan waktu pelaksanaan SHRI secara SIMRS yaitu dilakukan lebih dari 24 jam karena petugas tidak dilakukan update data sensus secara rutin

Faktor Tidak Terlaksananya Sensus Harian Rawat Inap dengan Benar Terdapat persamaan faktor tidak terlaksananya SHRI dengan benar berdasarkan (Kurniawan et al., 2010) dan (Numberi, 2020) yaitu karena tidak disiplinnya pengisian dan penyerahan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) karena tidak adanya prosedur tetap dan petunjuk teknis yang memuat seluruh kegiatan yang harus dilakukan oleh petugas bangsal rawat inap. Hal ini menyebabkan isi dari sensus harian tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga pemanfaatan data sensus harian tidak dilakukan secara maksimal. Adapun faktor lainnya berdasarkan Garmelia et al. (2018) dan Ferly et al. (2020) yaitu :

  1. Man (Human Resource) Faktor Man (Human Resource) dalam hal ini berkaitan dengan pendidikan dan pengetahuan petugas bangsal. Pendidikan pengisi sensus yaitu dilaksanakan oleh admin bangsal dengan lulusan S1 atau D3 keperawatanpengetahuan petugas bangsal. Pendidikan pengisi sensus yaitu dilaksanakan oleh admin bangsal dengan lulusan S1 atau D3 keperawatan.
  2. Money (Financial) Faktor yang mendasari tidak terlaksananya SHRI dengan benar salah satunya pada faktor money (financial). Dalam hal ini uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dengan jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional.

Faktor lain dari (Ferly et.al., 2020) yang menambahkan terkait faktor Methode (Legittimate) yaitu SOP tentang pelaksanaan SHRI masih belum direvisi. SOP petugas sensus harian rawat inap menjelaskan terkait penggunaan prosedur sensus harian rawat inap yang ada di seksi rekam medik dan ruangan menggunakan biling sistem yang ada di rumah sakit akan tetapi pada pelaksanaannya sensus harian masih menggunakan cara manual yaitu dengan mengisi pada formulir sensus harian rawat inap dan kemudian memasukkannya pada lembar kerja microsoft excel.

Baca Juga  DuroDeDomar link video twitter

Kesimpulan
pengelolahan sensus harian rawat inap adalah sebuah hasil kegiatan data sensus harian rawat inap yang di terima petugas analisis reporting untuk dilakukan perekapan ,lalu dilakukan pengolahan data sesuai kebutuhan indicator. dimana Waktu pelaksanaan  sensus harian rawat inap  dimulai dari jam 00:00 WIB dan di lakukan selama 24 jam dimana bisa dikatakan data yang di dapatkan ialah valid, berbeda dengan menggunakan  SHIR secara SIMRS yaitu dilakukan lebih dari 24 jam karena petugas tidak dilakukan update data sensus secara rutin maka data yang di dapat bisa tidak valid.peneliti yang menelaah dan membandingkan artikel ini menyebutkan bahwa tidak disiplinya pengisian SHRI dan kurangnya komunikasi antar perawat.

(Central et al., 2022) Berdasarkan review dari 6 jurnal yang telah dilakukan mengenai Penyelenggaraan Sensus Harian Rawat Inap untuk indikator Pelaporan Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit, keseluruhan jurnal menunjukkan bahwa setiap rumah sakit mempunyai kesalahan dalam pelaksanaan sensus harian rawat inap yang tidak dicantumkan. sesuai dengan prosedur yang ada. Kesalahan yang sama terjadi pada 5 dari 6 jurnal yaitu kesalahan petugas dan kesalahan pelaksanaan sensus harian, kesalahan yang terjadi antara lain kurangnya pengetahuan petugas terhadap pelaksanaan sensus harian yang baik dan benar, kesalahan perhitungan data sensus harian. , kesalahan pengisian sensus harian rawat inap tidak lengkap atau tidak mencantumkan data yang seharusnya ada dalam sensus harian rawat inap sehingga data pada sensus rawat inap tidak sesuai dengan dokumen pencatatan. Keadaan medis sebenarnya dan keadaan nyata di rumah sakit. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Sudra (2010) yaitu dalam laporan sensus harian rawat inap, yang dilaporkan tidak hanya jumlah pasien yang masih dirawat tetapi meliputi jumlah pasien awal, jumlah pasien baru yang masuk, jumlah pasien pindahan, jumlah pasien yang keluar atau pulang dari bangsal (hidup dan mati), jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama dengan hari pelaksanaan sensus, dan hasil akhir. atau sisa jumlah pasien yang masih dirawat di unit tersebut.

Hasil untuk 4 jurnal lainnya juga telah memanfaatkan data sensus harian dengan baik dan benar karena data sensus harian rawat inap digunakan untuk indikator pelayanan rawat inap yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO. Seperti pada penelitian Ferly, dkk (2020) untuk penggunaan data sensus harian rawat inap digunakan untuk pengolahan BOR, LOS, TOI, BTO, GDR, dan NDR yang diolah secara manual menggunakan Ms.Excel. Pemanfaatan data sensus harian rawat inap dilakukan rekapitulasi sensus harian rawat inap kemudian diperoleh data untuk perhitungan indikator rawat inap yaitu, BOR, LOS, TOI, dan BTO (Igustin Budiyanti Yusuf, dkk, 2013). Pemanfaatan data sensus harian rawat inap Hasil perhitungan dari sensus harian rawat inap akan diperoleh bor, LOS, TOI, NDR dan GDR (Desy Fitriya, dkk, 2018). Pemanfaatan data sensus harian rawat inap rawat inap petugas pengolah data sensus harian pada bagian rekam medis merekapitulasi data sensus harian secara manual pada formulir rekapitulasi harian, kemudian secara manual direkatkan kembali pada formulir rekapitulasi bulanan. Setelah itu data dimasukkan ke komputer dengan program Ms. Excel hingga dilakukan perhitungan indikator rawat inap (BOR, LOS, TOI, BTO, NDR, GDR) selama satu bulan (Catur Pamungkas Dewi Yunita, dkk, 2011). Hal ini sesuai dengan teori Sudra (2014) bahwa BOR, LOS, TOI dan BTO dimasukkan dalam sistem pelaporan rumah sakit dalam laporan internal volume kegiatan pelayanan di Instalasi Rawat Inap. Data sensus harian di 4 rumah sakit tersebut telah digunakan sebagaimana mestinya,

Kesimpulan
Kesalahan pelaksanaan sensus harian rawat inap disebabkan karena SOP sensus harian rawat inap yang tidak lengkap mencakup keseluruhan pelaksanaan sensus harian, kesalahan perhitungan sensus harian rawat inap dan kurangnya pengetahuan perawat dalam pengisian sensus harian rawat inap. benar. Sumber data dalam pembuatan sensus harian sesuai dengan teori Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2006) dan teori budi (2011). 4 jurnal telah menggunakan data sensus rawat inap harian untuk melaporkan indikator pelayanan rawat inap dengan baik dan benar. Merekomendasikan pembuatan atau pemutakhiran prosedur dan instruksi tetap yang mencakup seluruh kegiatan mekanisme pelaksanaan Sensus Rawat Inap Harian.

KESIMPULAN 
Dari hasil analisa terhadap 3 jurnal ditemukan bahwa pelaksanaan sensus harian rawat inap masih mengalami keterlambatan. SOP yang mengatur mengenai sensus harian belum terlaksana dan dikarenakan SDM yang belum  memadai.

DAFTAR PUSTAKA
Central, S., Cyber, L., & Timur, P. (2022). Analisis Pemanfaatan Data Sensus Harian Rawat Inap Untuk Pelaporan Indikator Pelayanan Rawat Inap , pemanfaatan Sensus Harian Rawat Inap ( SHRI ) yang kurang optimal menjadikan keberadaan Sensus Harian Rawat Inap ( SHRI ) hanya sebagai pelengkap atau formalitas ( Agung , dkk , 2012 ). Mengenai upaya yang dapat dilakukan pihak rumah sakit adalah perlunya sosialisasi petunjuk teknis penulisan / pengisian dan penekanan terkait prosedur tetap pada Sensus Harian Rawat Inap bagi petugas rawat inap utamanya di bidang perawat dalam mekanisme pelaksanaannya . ( Hiskia , Yanuarius Numberi 2020 ). Berdasarkan fakta yang diperoleh dalam penelitian tinjauan pustaka yang penulis lakukan , Nama. 3(1), 207–214.

Dzulhidayat. (2022). No Titleהכי קשה לראות את מה שבאמת לנגד העינים. הארץ, 8.5.2017, 2003–2005.

Garmelia, E., Lestari, S., Sudiyono, S., & Sari Dewi, C. P. (2018). Tinjauan Pelaksanaan Kegiatan Sensus Harian Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga. Jurnal Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, 1(1), 27. https://doi.org/10.31983/jrmik.v1i1.3592

Kurniawan, A., Lestari, T., & Rohmadi. (2016). Analisis Pemanfaatan Data Sensus Harian Rawat Inap Untuk Pelaporan Indikator Pelayanan Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soeroto Ngawi. Jurnal Kesehatan, IV(2), 62–87. https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/index.php/rm/article/view/10/8

Trismianto Asmo Sutrisno, & Fauziah Nur Arfiah. (2021). Literatur Review : Analisis Pengolahan Data Sensus Harian Rawat Inap di Rumah Sakit. Indonesian Journal of Health Information Management, 1(2). https://doi.org/10.54877/ijhim.v1i2.19

Yulia, Y., Oktamianiza, O., Putra, D. M., Rahmadhani, R., & Oktavia, I. (2021). Tinjauan Studi Literatur: Analisis Gambaran Pelaksanaan Sensus Harian Rawat Inap. Jurnal Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan, 4(1), 32–36. https://doi.org/10.31983/jrmik.v4i1.6793

Vol.3 No. 11, 10 Oktober 2023. pp. 56-65

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *